<div class="bgtransparan">
<img src="https://iili.io/JK9pgea.md.jpg" width="256" height="256">
<strong>"TOLONG BACA TEKS DAN TAGS SAMPAI AKHIR DENGAN SAKSAMA!"</strong>
Halo! Selamat datang di cerita oneshot? Hyuckren.
Jadi, kali ini Dark ngajak kalian buat ikutin cerita singkat pake banget pasangan Haechan dan Renjun.
Hal yang bikin spesial itu, kalian yang tentuin jalan cerita sampai akhir yang tentunya berbeda karena disesuaikan sama pilihan kalian!
TAGS / / NSFW , EXPLICIT MATURE CONTENT , ANAL SEX , RIMMING , HARSH WORDS , LOCAL DIRTY TALK , UNPROTECTED SEX , SEMI-SOMNOPHILIA , NON-CON , BLOW JOB , ANAL FINGERING , COMING UNTOUCHED , VIBRATOR , BUTT PLUG , DEGRADATION
<<button [[MULAI|Awal Cerita]]>><</button>>
</div>
<div class="bgtransparan">
<img src="https://iili.io/JKHHfDb.jpg" width="256" height="256">
Musik classic berputar beri tenang dan inspirasi melukis, kanvas penuh oleh warna indah senada yang Renjun goreskan. Renjun melirik jam di sudut ruangan, pukul lima lebih tiga ditunjukkan jarum paling panjang. Kuas ia letakkan di sebelah gelas berisi air yang berubah warna menjadi keruh. Dipandangi saksama hasil lukisnya yang kali ini amat Renjun sukai. Hangat dan cerah seperti cahaya matahari yang masuk di antara tirai di jendela kamar.
Mungkin sudah cukup, waktu juga menunjukkan dirinya harus selesai dan pulang. Jadi, ia rapikan barang bawaannya masuk ke dalam tas.
Tepukan di pundak tarik atensi Renjun, ternyata Jaemin yang berjongkok sambil menatap hasil lukisan Renjun. "Buru-buru banget langsung beberes? Nongkrong dulu lah, ayo! Kak Ten ngajakin tadi,” ujar si bungsu di antara ketiganya, senyumnya lebar perlihatkan gigi layaknya kelinci buat Renjun gemas pada temannya yang meski terkadang berkelakuan di luar pikiran Renjun.
"Ayo ngopi dulu, gue traktir malem ini. Cafe ujung kesukaan lo itu," tambah Ten dari sudut lain ruangan, seperti biasa merapikan perlengkapan musik.
Renjun bingung, di satu sisi dirinya ingin bergabung dengan teman-temannya menikmati sore hari dalam cafe dengan live music favorite Renjun akhir-akhir ini. Namun, di lain sisi dirinya juga memiliki rutinitas akhir pekan dengan sang kekasih untuk habiskan waktu berdua menonton film di rumah mereka. Pun biasanya Renjun minta Donghyuck untuk menjemputnya, atau malah sang kasih yang mendadak sudah menunggunya di dalam mobil yang diparkirkan di pelataran parkir.
Jadi, lebih baik Renjun pilih ikut dengan Ten dan Jaemin / Pulang ke rumah.
<<button [[Ikut Main|Pilihan 1]]>><</button>>
<<button [[Pulang|Pilihan 2]]>><</button>>
</div> <<if !tags().includes('intro')>><<button 'Menu' >>
<<toggleclass "#ui-bar" "hidden">>
<<if $("#ui-bar").hasClass("hidden")>>
<<run UI.stow()>>
<<else>>
<<run UI.unstow()>>
<</if>>
<</button>><</if>> <<button "Save/Load">><<script>>UI.saves()<</script>><</button>><div class="bgtransparan">
Matanya membulat kala Ten membawa nampan penuh dengan potongan kue lucu dan tiga gelas minuman yang tentu saja yang satu minuman tak berbau serbuk kopi sama sekali. Jaemin di sebelahnya tak kalah antusias pandangi langkah Ten yang terasa amat lambat sampai pada meja yang terletak persis di depan si bintang acara.
"Kak, banyak banget?!" ungkap Jaemin tak enak pada Ten yang sendirian membawa nampan serta yang membelikan mereka makanan dan minuman.
Bibir Ten menyeringai, duduk dengan hela napas lelah yang dibuat-buat. "Yaudah ini buat gue semua aja kalo lo gak mau," usil Ten pada sang adik.
"YA, JANGAN! GUE JUGA MAU KAK!!" Jaemin panik kala cheesecake di depannya akan diambil Ten main-main.
Renjun buru-buru menyelamatkan makanan dan minumannya sambil tertawa terbahak, walau ia juga ketakutan akan diambil balik oleh Ten. Tiba-tiba ia teringat untuk abadikan momen, lalu sigap mengambil handphone sembari tetap bersua dengan Jaemin dan Ten. Membidikkan kamera ponselnya pada makanan dan minuman sebelum habis dimakan ketiganya. Tak ingin kehilangan terlalu banyak waktu, tanpa pikir panjang Renjun cepat-cepat memposting foto tersebut ke akun instagram pribadinya dan kembali simpan ponselnya untuk menikmati waktu bersenang-senang bersama Jaemin dan Ten.
<img src="https://iili.io/JKH3yap.png" width="256" height="256">
Petikan gitar mengalun hidupkan suasana cafe yang sebelumnya senyap, curi keseluruhan atensi Renjun dari kue dan segelas kopi dingin yang sedari tadi Renjun makan. Sesekali ketiganya ikut bersenandung, menggerakkan kepala ke kiri dan kanan.
Renjun pikir, ikut ajakan sahabatnya merupakan pilihan yang baik!
Beberapa lagu sudah terlewati dengan ketiganya yang amat menikmati waktu mereka bersama, bersantai di cafe. Sayangnya, hal tersebut membuat Renjun tak menyadari ponselnya yang bergetar berkali-kali dalam tas. Hingga di satu titik, ia baru teringat akan ponselnya dan segera mengecek takut-takut ada pesan penting.
Dan benar saja, sang kekasih telah menelponnya berkali-kali.
Nama //Kak Hyuckie// terpampang jelas pada layar, seketika Renjun mencelos setelah perhatikan jam di layar tunjukkan pukul tujuh malam. Hatinya bimbang, haruskah Renjun mengangkat teleponnya dan jujur kalau dirinya lupa akan janji mereka atau tidak mengangkat panggilan tersebut sembari berpikir mencari alasan untuk diberikan pada Donghyuck agar dirinya terbebas dari amarah?
<<button [[Jawab Telepon|Pilihan 3]]>><</button>>
<<button [[Gak Jawab Telepon|Pilihan 4]]>><</button>>
</div><div class="bgtransparan">
Pertimbangannya matang, sehingga dengan berat hati Renjun tolak. “Kapan-kapan aja boleh gak? Soalnya gue udah ada janji sama Kak Hyuck. besok, deh, gimana?” tatapannya harap-harap cemas ke arah Jaemin dan Ten yang baru duduk di sebelah Jaemin.
“Yaudah santai, besok juga bisa,” ujar Ten tak mau ambil pusing. Ia menoleh ke sebelah, lirik Jaemin yang mengerucutkan bibir. “Gimana, Jaem?”
Renjun jadi tak tega lihat ekspresi Jaemin yang mendadak sendu, sedang Jaemin diam sebentar seakan berpikir. Setelahnya kembali tersenyum tenangkan hati Renjun.
“Gak apa, sih, tapi besok pokoknya harus jadi, ya! Gue mau makan yang manis soalnya …,”
Terkekeh, Renjun jawil dagu sahabatnya itu. “Iya, jadi kok. Nanti sekalian hunting restoran baru. Makan siang gue yang traktir!”
Masalah terselesaikan dengan mudah, kalau begini Renjun jadi tidak merasa sungkan pada dua sahabatnya juga pada sang kekasih. Omong-omong kekasih, Renjun segera mengambil ponselnya dari tas dan mendial nomor Donghyuck untuk memberi tahu bahwa latihan menarinya sudah selesai.
Di sambungan pertama, suara serak Donghyuck terdengar getarkan dada.
//“Halo cantiknya aku.”//
Senyum terbit begitu saja hiasi ranum tebal Renjun. “Aku udah selesai, nih. Jemput dong,” jawab Renjun. Tas ia kenakan pada pundaknya.
//”Aku udah ada di parkiran, Cantik.”//
Pasti, sang kekasih selalu sigap untuk berada di dekat Renjun. “Ok, aku ke sana!”
Riang melambai pisah dengan Ten dan Jaemin sekeluarnya mereka dari studio. Jalannya lurus ke arah parkiran, ke sebuah mobil SUV hitam milik Donghyuck yang terparkir di bawah pohon. Tinggal beberapa langkah lagi ia dekati mobil, tiba-tiba sang kasih keluar hampiri dirinya.
“Cantiknya aku … utututu sini tasnya.” Donghyuck ambil alih tas dan sigap membuka pintu untuk Renjun yang tersipu mendapat perlakuan manis. Padahal dirinya memang selalu diperlakukan seperti ini, tapi dentuman jantung, merah pipi, dan senyum cantik tak pernah hilang.
Setelah Renjun duduk nyaman, baru Donghyuck buru-buru masuk ke mobil. Mesin di nyalakan dan sepoi pendingin udara segarkan Renjun.
“Kita pesen makanan aja, ya? Kalau masuk takut kamu kecapean. Gimana?” tanya Donghyuck sesaat mobil berjalan pelan keluar dari parkiran.
“Boleh, tapi belum kamu pesen, ‘kan?”
“Belum,” jawab Donghyuck sekilas menoleh pada Renjun. “Biar kamu aja yang pilih menu sesuka kamu, aku ngikut.”
Renjun mendengus, lalu mengambil ponsel Donghyuck yang empunya sodorkan begitu saja. “Kamu juga milih, lah! Masa aku yang mikir menunya.” decaknya.
“Steak, deh, steak.”
Renjun mengangguk tersenyum puas. Jemarinya sibuk pada ponsel sang kekasih, masukkan pesanan Donghyuck juga dirinya.
“Ok, udah aku pesen.”
Mobil masuki pekarangan rumah dan langsung Donghyuck parkir ke dalam garasi. Kemudian keduanya yang segera bergegas bersihkan diri. Donghyuck yang lebih cepat selesai putuskan untuk sibuk siapkan televisi, cemilan, dan makanan pesanan mereka yang baru sampai.
Lain lagi dengan Renjun yang rangkaian skincarenya lebih panjang dari sang kekasih, masih berjibaku walau sudah ia usahakan cepat. Maka, ketika akhirnya Renjun sampai di ruang tengah, semuanya telah rampung.
Makanan berat di atas meja bagian tengah, camilan di bagian pinggir, dan televisi yang siap dengan film pilihan keduanya. Tak hanya itu, dua selimut tebal tertata rapi di sudut sofa.
Donghyuck tersenyum bangga busungkan dada melihat reaksi sang kasih yang terkejut.
“Kakak …”
Perlahan Renjun hampiri si pria yang berdiri lebarkan dua tangan, isyarat agar Renjun masuk ke dalam rengkuhan. Hangat lingkup buat Renjun nyaman, ia kecup pipi gembil kemerah itu.
“Makasih, ya … keren banget gantengnya aku.”
Tawa khas Donghyuck mengudara. Pelukan makin erat. “Makasih kembali, Cantik. Makan, yuk? Aku laper.”
“Iya,” dengus Renjun lepaskan pelukan.
Film dimulai, makan berat juga mereka santap. Kalau Renjun pikir, pilihannya untuk pulang merupakan pilihan tepat. Habiskan waktu dengan sang kasih yang akhir-akhir ini terlampau sibuk. Terlebih Renjun tak tega melihat raut lelah dan stress pada wajah Donghyuck, sehingga habiskan waktu bersama menjadi pelipur lara bagi keduanya.
Piring dicuci Donghyuck, Renjun siapkan minuman untuk temani camilan. Baru setelahnya mereka lanjut menonton film sambil duduk berpelukan.
Entah film yang mereka tonton —film romantis erotis— ini penyebabnya atau karena minuman beralkohol yang disesap buat suasana lebih panas.
Bergairah.
“Ahh–” Renjun bekap bibirnya, terkejut dengan desah yang keluar begitu saja akibat bokongnya yang ditekan oleh penis semi tegang sang kekasih. “K-kak?”
“Cantik,” ujar Donghyuck bersamaan dengan panggilan Renjun. “Maaf, tapi aku agak horny.”
Renjun sedikit miringkan tubuhnya, tatap wajah lelah diselimuti nafsu.
“Kamu … mau gak?”
Renjun paham ajakan bercinta Donghyuck. Hanya saja dirinya bimbang, antara ia tolak dan ia serta Donghyuck —khususnya— tidur beristirahat, atau setujui ajakan sang kekasih?
<<button [[Setuju|Pilihan 5]]>><</button>>
<<button [[Tolak|Pilihan 6]]>><</button>>
</div>
<div class="bgtransparan">
//“Renjun”//
Yang dipanggil menggigil ketakutan sendirian di kamar mandi, sengaja menjauh dari dua sahabat, takut membuat mereka merasa bersalah atau khawatir. Oleh karena itu, di sinilah Renjun berdiri menyandar sambil menggenggam ponsel di sebelah telinga.
“Kak …”
Dengusan marah dapat Renjun rasakan. //“Kenapa gak bilang? Hm?”// ketus Donghyuck bernada tegas.
//“Sengaja bikin aku kesel? Nunggu kamu tiga jam di parkiran studio. Kirim chat dan telpon kamu berkali-kali, tapi gak ada jawaban. Kamu tau gak aku khawatir sama kamu? Sampe aku lacak dan akhirnya nemuin kamu di cafe.”//
Suara pukulan yang Renjun taksir pada kemudi sentak dirinya. Tak sadar sudah luruh air mata meski ia tahan isakan. “M-maaf … “ Cepat ia hapus lelehan basahi pipi. “A-aku lupa ngabarin kamu.”
Helaan napas mengudara, Renjun mencelos akan tanggapan pria di seberang sambungan karena ia kecewakan sang kasih.
//”Aku gak apa kalau kamu mau main sama Ten Jaemin, aku izinin pasti. Tapi tolong. Tolong kasih tau aku, jangan begini, Renjun. Lagian aku mau berdua sama kamu abis capek kerja. Eh, malah dianggep gak penting gini.”//
“I-iya,” jawabnya lirih dengan suara yang agak serak.
“Apus air mata kamu. Cuci muka. Aku udah di parkiran cafe.”
Lalu sambungan terputus begitu saja. Renjun segera ikuti perintah Donghyuck dan keluar dari toilet menuju meja mereka. Ternyata sang kekasih sudah duduk di bangku bekas Renjun, entah bincangkan apa dengan Ten dan Jaemin.
“Udah?”
Renjun mengangguk, ragu jika keluarkan suara akan ketahuan bahwa dirinya sehabis menangis. Tasnya diambil dan disampirkan pada pundak Donghyuck. Yang tak Renjun sangka, telapaknya digenggam Donghyuck sebelum mereka pamit pada Ten dan Jaemin.
Pun suasana di mobil hening dan mencekam bahkan ketika mobil itu sudah melaju masuk ke dalam tol —tentu jarak dari Cafe ke tol jauh— yang tidak terlalu ramai. Musik di radio tengah putarkan lagu kesukaan mereka juga tak selamatkan Renjun.
Lagi, dirinya ingin menangis.
Renjun tak suka didiamkan tidak dianggap ada oleh sang kekasih!
Maka, dengan pikir pendek, telapaknya menjalar perlahan dari atas paha menuju paha Donghyuck. Mengelus pelan sambil tatap melas ke arah Donghyuck yang fokus melihat jalan.
“Kak,” panggil Renjun mendayu. Elusannya bergerak naik dan turun. Terlalu naik hampir sentuh penis Donghyuck. “M-maaf, ya …”
Tak digubris, bibir bawah Renjun makin mencebik. Gerak telapaknya makin berani sentuh, bahkan remas penis yang masih terbungkus celana jeans itu.
Donghyuck berdeham, sedang pelaku malah tersenyum lihat reaksi tubuh si pria dengan penis yang perlahan menggembung di bawah telapak Renjun.
“Renjun,” panggil Donghyuck berat.
Napas seakan dihentikan, Renjun mendesah.
Namun, hal yang tidak Renjun sangka ialah rambutnya yang mendadak dijambak hingga wajahnya menubruk tepat pada penis Donghyuck.
Sontak keduanya mendesah, menggeram bersahutan.
Terburu-buru dengan jemari bergetar Renjun huka sabuk dan ritsleting celana di depannya. Donghyuck sedikit angkat bokong agar mudahkan si kekasih keluarkan penisnya dari celana dalam dan jeans.
Tak ayal, penis semi tegang itu menampar wajah Renjun buat dirinya terkejut pun terangsang. Dengan demikian kepala penis segera Renjun kecup lalu jilat.
"Anjing," desis Donghyuck berusaha fokus mengemudi.
Renjun juga fokus pada aktivitasnya nikmati kepala penis yang berat pada lidahnya yang menjulur, dan Renjun suka akan sensasi tersebut. Ia kecup, cumbu bagaikan bibir sang kasih, bergantian dengan ujung lidah yang mengeksplor kepala jamur itu sampai menusuk-nusuk lubang kencing.
Donghyuck bergetar terima rangsangan, jambakan mengencang bahkan menekan sedikit kepala Renjun agar penisnya masuk lebih dalam. Tak peduli jika Renjun tersedak, toh, sekaligus hukuman karena Renjun sudah membuat dirinya kesal.
“Pinter, Cantiknya kakak pinter ngisep kontol. Emang kayaknya kamu diciptain cuma buat bikin enak kakak, ya?”
Cengkeraman itu ikut naik turun, menekan kuat. Renjun janya bisa pasrah fokuskan mulut dan kerongkongannya terima penis Donghyuck yang mulai menghentak kencang.
Air mata mulai menumpuk di pelupuk, hidungnya tanpa henti tergelitik oleh rambut pubis. Renjun nikmati sesi ini, Donghyuck sedikit jadi lebih kasar dari biasanya dan hal itu yang malah membuatnya terangsang. Bibir mengatup batang penis yang keluar masuk agar tidak terkena gigi dan bagian ujung kerongkongan ia coba gag refleks diperbaiki agar penis sang kasih masuk bertambah dalam.
Telunjuknya menyentuh leher, ia rasakan gerakan keluar masuk yang menonjol pada kulit. Renjun bergetar nikmat salurkan pada penisnya sendiri yang terasa sesak serta mulai basah keluarkan precum. Tambah semangat Renjun mainkan oralnya untuk beri nikmat bagi Donghyuck juga dirinya sendiri.
“Kakak penuhin mulut kamu, ok. Harus ditelen,” kata Donghyuck tiba-tiba
Tak ada respon dari Renjun. Jadi, Donghyuck lebih pilih kejar nikmatnya sendiri dengan brutal menjambak rambut sang kasih supaya kepala itu naik turun.
Penis di dalam mulutnya berkedut konstan, Renjun paham jika si pria sudah dekat akan pelepasan. Maka, di hitungan ketiga, cairan panas menyembur penuhi mulut dan kerongkongan.
“Telen.”
Padahal Renjun hampir tersedak dan muntah akibat penis Donghyuck yang masuk terlalu dalam, ditambah kini mulutnya penuh. Dagu Renjun ditekan kencang, memaksa mulut itu menutup menghindari setetes saja cairan terbuang.
“Saya bilang telen.” Tegas tak bisa dibantah, Renjun telan seluruh cairan pahit amis itu. Melihatnya, Donghyuck tersenyum puas, ia seka bibir merah Renjun yang terdapat sperma. Kemudian ia masukkan ibu jarinya ke dalam mulut Renjun, benar-benar tak mau ada setetes pun keluar.
“Good. Tapi,” kata Donghyuck mendorong pundak Renjun hingga semampai itu duduk kembali di kursinya. “Aku gak akan nyentuh kamu. Urus sendiri kontol sama lobang kamu yang gak tau diuntung itu.”
Renjun menangis. Memohon pun rasanya percuma kalau Donghyuck sudah marah seperti ini. Walau sebenarnya Donghyuck kasihan, tapi ini hukuman yang pantas.
<<button [[The End|Pilihan 7]]>><</button>>
</div><div class="bgtransparan">
Bincang member Light seketika berhenti tatkala lengan Renjun ditarik. Jaemin menatap takut-takut ke arah Donghyuck yang merupakan pelakunya, sedangkan Ten spontan berdiri mau memisahkan. Namun, Renjun yang paham segera beri senyum tak enak dan menenangkan dua sahabatnya.
“Pulang.” barang-barang bawaan Renjun langsung Donghyuck ambil.
Ten mendelik tak suka, tapi tatapan tajam Donghyuck menyiutkan dirinya.
“Sorry, tapi gue mau Renjun pulang. Kalau lo ngerasa gak suka sama sikap gue, gue punya alasan.”
Dua kalimat itu menutup kepergian Donghyuck yang menarik pergelangan tangan Renjun keluar dari cafe. Jalan terlalu cepat, pintu penumpang dibuka setelahnya dibanting dan ketika Donghyuck telah di depan kemudi gas diinjak kasar, Renjun yang belum sempat pakai seatbelt terlojak dari kursi.
Suasana heningnya bak mencekik Renjun diam-diam, lidahnya tercekat kala curi pandang lihat Donghyuck dengan wajah kerasnya menahan marah. Renjun tak tahu harus bagaimana menyikapi sikap Donghyuck yang sangat tidak acuh hingga dirinya tak punya kesempatan sedikit pun untuk berikan alasan jujur soal dirinya dan kejadian sore tadi.
"A—"
"Diem, ngomong kalo udah sampe rumah," potong Donghyuck seketika buat Renjun amat takut bercampur kecewa.
Jalan tol yang sepi terasa amat panjang bagi Renjun yang gatal ingin jelaskan alasan. Namun, rasanya tak mungkin dengan amarah Donghyuck yang membumbung tinggi. Bahkan cara bicaranya pun ciutkan Renjun.
“Pindah ke jok belakang.”
“K-kak a–”
“Saya bilang pindah ke jok belakang. Kamu tolol atau dungu, hah?”
Hati Renjun mencelos, mau menangis kencang meminta maaf pada sosok kasih yang melihat wajahnya saja tidak sudi. Dituruti perintah Donghyuck dengan tubuhnya yang bergetar berusaha tak jatuh ke pijakan kaki. Mobil akhirnya berhenti di bahu jalan tol yang sepi, hanya satu dua mobil yang sesekali lewati mereka.
“Buka celana, nungging.”
Kali ini Renjun turuti tanpa protes, cepat lakukan takut makin menambah minyak ke dalam api. Posisi menghadap belakang dengan bokong terangkat. Sepoi pendingin udara gigilkan Renjun yang harap-harap cemas pada hal yang akan terjadi.
Hingga cairan dingin ditumpahkan tepat di atas lubangnya, Renjun menjerit.
“Ahh! Kak!”
“Diem. kamu gak saya ijinin buat ngomong.”
Tuturannya sayatkan hati, dan jari yang paksa masuk itu perihkan cincin anal. Renjun terlonjak berpegangan erat pada jok. Ingin Renjun mengadu sakit, tapi bibirnya dipaksa mengatup bagian bawah ia gigit.
Jari itu mulai keluar masuk sampai ujung, lalu keluar setengah lalu masuk lagi. Berulang kali sampai cukup menurut Donghyuck, ia tambah dua jari sekaligus. Renjun mengerang, menahan desah yang keluar karena tiga jari penuhi lubangnya.
Namun, yang tak ia sangka ialah benda asing yang mendadak gantikan ketiga jari Donghyuck. Seketika itu Renjun berbalik dan temukan benda hitam dengan metalik di tengah.
Satu tepukan kencang mampir merahkan dua sisi pipi bokong Renjun. “Tahan, kamu gak boleh cum sampe kita masuk rumah. Paham?”
Renjun mengangguk, cengkeraman pada jok putihkan buku jari
“Pindah lagi ke jok depan,” perintah Donghyuck selagi mengelap jemarinya, ubah posisi duduk seperti semula.
Renjun kenakan lagi celananya dan cepat berpindah duduk. Rasa mengganjal buat dirinya kurang nyaman, ah, tapi mungkin karena belum terbiasa. Dan benar beberapa menit setelahnya Renjun merasa biasa saja.
Atensinya ia limpahkan ke arah pemandangan hijau jalan tol, lebih baik dari pada wjajah gelap sang kasih. Hening masih selimuti mobil yang sejuk tertiup pendingin udara, Renjun menggigil kedinginan, tetapi tiba-tiba tubuhnya terlonjak disertai desah.
“K-kak! Aahh! Apaan i-ini?” tanya Renjun horor pada sang kekasih yang tak menoleh ke arahnya, tetapi sudut mata Renjun dapati Donghyuck yang menggenggam ponsel dengan layar menyala.
Ibu jari itu menyentuh layar, bergeser ke kiri, lalu lubang Renjun kembali rasakan getar.
Ternyata baru Renjun sadari sang kekasih masukkan vibrator ke dalam lubangnya.
“Aahh!! Pelan please!” mohon Renjun di getar setelahnya. Getarnya menguat, mengencang, hampir kenai prostat. “Kak, hhhh … maaf. Udahan please.”
“Diem Renjun. Ini hukuman kamu.” ibu jari itu bergerak brutal, gerak pula tubuh Renjun di atas jok penumpang. “Jangan cum, kalau cum, hukuman setelahnya lebih parah dari ini.”
Renjun menarik napas, kepalanya menengadah coba atur diri agar tidak terlalu terpengaruh vibrator yang bergetar pelan siksa dirinya. Ia tak suka dengan vibrator yang permainkan dirinya, permainkan lubang dan titik sensitif tanpa memberi rasa nikmat dan puas.
Terlebih dengan jahatnya ia dilarang untuk orgasme.
Paha ditekan, tak acuh dengan penisnya yang sesak di dalam celana. Renjun berusaha mendistraksi diri lewat ponsel. Namun, percuma, Donghyuck kembali atur vibrator bahkan sampai ponsel Renjun terlempar saking kejutkan sang empu.
Tubuh Renjun menggeliat di atas jok, muka merah padam dengan peluh mengalir deras. Dingin AC tak ada harga dirinya. “A-aku minta maaf, tapi please udahan.” Diraihnya lengan berotot Donghyuck, remas kencang salurkan apa yang Renjun rasa.
Namun, tak berhasil. Dirinya tetap menggelinjang menahan orgasme di kursi kemudi dengan vibrator yang terus siksa Renjun.
<<button [[The End|Pilihan 7]]>><</button>>
</div><div class="bgtransparan">
TERIMA KASIH BANYAK SUDAH BACA CERITA INI.
SILAKAN MAMPIR HEWHEW <a href="wtchcrftgod.carrd.co" target="_blank">CARDD</a>
LIKE, KOMEN, AND SABSKREB KLAW KMUH SUKA CERITA KLIE ENIH!
BYE!
(sbnernya ini remake,,, hehwewh soalX buat nyoba doank,,, aq lupa cara pkek enih)
</div><div class="bgtransparan">
Ranum mungil itu dicumbu mesra oleh Renjun, tangannya meraba dada bidang juga lengan berotot yang selalu buat dirinya lemah. Hela desah sang pria ditelan dalam ciuman, geraman tegakkan bulu kuduk.
Kecipak nyaring makin buat keduanya bergairah ingin cepat-cepat kunjungi langit teratas. Oleh karena itu, Donghyuck ubah posisinya mengukung tubuh Renjun yang tak berdaya di atas sofa. Wajah memerah, ekspresi sayu, pria di bawah kuasa Donghyuck benar-benar cantik gilakan dirinya.
"Cantiknya aku mau dienakin sama kontolnya kakak?"
Kalimat tak senonoh Donghyuck makin geliatkan tubuh Renjun. "Mau … biar kakak puas."
Ah, manis sekali kasihnya ini. Donghyuck kecup ranum terbuka itu singkat, Renjun mengerang coba gapai kembali wajah Donghyuck agar bibir mereka saling cumbu.
Namun, yang Renjun terima malah tubuhnya yang dikontrol dengan mudah oleh kuatnya Donghyuck. Posisi yang tadinya berbaring, kini secara cepat menjadi berlutut setengah telungkup dengan dada dan perut di atas sofa.
Renjun mendesah dengan perlakuan yang ia terima. Sensasi di-//manhandling// pusingkan kepala, lemas biarkan Donghyuck bekerja tanggalkan gaun tidur dari tubuhnya dan sisakan panties putih yang diturunkan sebatas paha atas.
"Aahh … Kak …," desah Renjun agak serak. Bergetar tatkala dingin cairan —sepertinya lube— kenai tepat di atas lubang.
"Kakak siapin lubang kamu sebentar, ok? Biar kontol kakak bikin kamu enak gak pake nyeri."
Renjun berdeham lalu mendesah. Telunjuk masuk perlahan sampai batas telapak, lalu keluar, lalu masuk. Tak terlalu lama, satu jemari ikut masuk yang kini gerakannya menggunting buka lebar lubang merah Renjun.
"Sssf-fuck … lubang kamu cantik banget, Sayang. Ngedut minta diisi kontol kakak. Iya?"
Tatapan Donghyuck menggelap, direndahkan kepalanya dekati jemarinya yang keluar masuk cincin anal Renjun. Lalu ia julurkan lidah jilati kerutan lubang yang menganga buat Renjun bergelinjang hampir jatuh.
"AAHHH!"
Desahnya nyaring pekakkan telinga, tak kuat dengan tindakan Donghyuck, tetapi ia makin menunggingkan pantat supaya terus terima nikmat.
"Lagi hhhh, jilat lagi," perintah Renjun yang tentu dituruti dengan senang hati.
Bunyi basah jemari yang keluar masuk dalam lubang penuh lube bersisian dengan basahnya lidah Donghyuck yang rakus nikmati anal yang sudah mulai terbuka lebar.
Foreplay memang penting bagi keduanya, tapi kini Donghyuck sudah mulai masukkan kepala penis ke cincin anal Renjun karena Renjun yang berisik kelelahan. Toh, Donghyuck juga lelah, hanya saja nafsu lebih mendominasi.
"Harusnya aku videoin lobang kamu yang laper mau diisi kontol aku. Ahh … Neken batang aku kenceng gak sabar pengen dienakin."
Renjun mengangguk ribut, terima semua perkataan Donghyuck asal keduanya saling nikmati penyatuan mereka. "E-enak hhh penuh rasanya."
Seluruhnya masuk hingga habis, lalu segera pinggul itu bergerak kencang sampai Renjun terlonjak di atas sofa. Mengerang dengan jemari yang cengekeram kuat selimut kusut, lampiaskan nikmat dan perih.
Lubangnya terus ditumbuk kencang dengan prostatnya telak dihantam kepala penis Donghyuck. Renjun menggelinjang dan ditahan Donghyuck dengan kaki kanannya yang naik ke sofa. Hal tersebut sengaja agar hentakan pinggulnya makin kencang.
<img src="https://iili.io/JKHKgkB.png" width="256" height="256">
“Ah! K-kak! Mau cum!”
“Ok, hhh sebentar lagi, Cantik,” jawab Donghyuck makin brutal. Seakan sengaja agar tenaganya habis akibat senggama sehingga setelah ini keduanya istirahat dengan nyenyak.
Batangnya makin membesar timbul urat yang beri gesekan nikmat pada dinding anal Renjun. Belum lagi Donghyuck tak hentu menggeram gigit pundak sang kasih karena jepitan kencang yang ia terima.
Renjun sudah di ujung tanduk, penisnya berkedut kuat. “Keluar! Mau cum!” jeritnya disertai desah, benar-benar Renjun sudah tak tahan, kepalanya berputar terbangkan Renjun yang tersendat jalur napasnya.
“P-please … hhhh ah! Kak …”
Permohonan si cantik akhirnya Donghyuck setujui. Dikecupnya bekas gigitan pada pundak Donghyuck sembari berbisik, “Go on.”
“Aaahh!!! K-kak!” Lalu putih datang menjemput pula bercakkan karpet berbahan bulu hitam di bawah lutut.
Selang beberapa detik dengan penis yang terus bergerak meski dijepit kencang, Donghyuck raih pelepasannya penuhi lubang hingga mengalir keluar turun pada buah zakar dan penis Renjun yang masih berkedut.
Keduanya terengah, Donghyuck berusaha untuk tak menimpa lemasnya tubuh Renjun. Bawa sang kasih ke pelukan tak lupa cumbuan dan kecup di seluruh wajah. Renjun tersenyum sekenanya, ia terlampau lemah tak bertenaga.
“Bebersih dulu, ya?”
Erangan malas Renjun proteskan. “Lemes …”
“Aku yang layanin kamu, kamu terima jadi sama enak aja. Ok?”
Tentu Renjun terima, biarkan tubuh telanjangnya di bopong ke arah kamar mandi.
<<button [[The End|Pilihan 7]]>><</button>>
</div><div class="bgtransparan">
“Empuk, Kak Donghyuck enak empuk,” gumam Renjun sambil menepuk-nepuk pipi bokong Donghyuck layaknya tidurkan bayi. “Bayinya aku.”
Donghyuck makin mendusal di dada Renjun, bibir kecil itu tak bisa diam beri kecup dan sesap pada kulit sensitif di hadapannya. “Kalau aku bayinya kamu yaudah mau nenen.”
“Gak,” tolak Renjun mentah-mentah, paham jika diiyakan bisa panjang urusan. Padahal dirinya mau Donghyuck istirahat tebus beberapa malam sang kekasih kekurangan tidur. “Tidur aja, ya, kamu takut sakit kalau kecapean.”
Donghyuck mendengus, merajuk balikkan tubuh punggungi Renjun. Si cantik menggeleng tak habis pikir akan sifat kekanakan kekasihnya itu, tetapi dirinya tetap menepuk bokong Donghyuck sampai keduanya tertidur.
Mungkin, saking lelahnya Renjun, dirinya tak paham mimpi yang ia alami terasa amat nyata. Bagaimana cumbu sang kasih gejolakkan gairah. Apa Renjun mimpi basah?
Namun, mengapa perih pada lubangnya benar-benar ia rasa, terlebih kepala penis yang penuhi hingga paha Donghyuck terantuk paha belakangnya?
“Ahh …” Ya ampun, ini nikmat. Renjun coba gapai pundak Donghyuck untuk pegangan, kaki ia buka lebar.
Dan sang kasih di atasnya mulai bergerak hentak keluar masuk. Beri gesekan kejutkan Renjun yang terbangun.
“Hh … K-kak?”
“Hm?” deham Donghyuck menyeringai. Tatap tajam Renjun, setelahnya melirik ke bawah pada batang penisnya yang hilang ditelan lubang anal tersebut. Dengan kesadaran dari bangun tidur, refleks Renjun ketatkan cincin analnya. Sensasi pijatan itu hilangkan akal Donghyuck yang malah hentakkan pinggulnya dengan geram kencang, kepala menengadah saking nikmat mendera.
“Bangsat! Enak banget kontol kakak dijepit lobang kamu, Renjun. Emang pinter pacar kakak kalau dientotin gini.”
Punggung membusur dada membusung dengar kalimat tak senonoh Donghyuck. Pinggangnya ikut bergerak berlawanan arah semakin memperdalam penis menumbuk lubangnya.
Desah keluar dari mulut keduanya yang terbuka mengais napas. Bagian bawah lutut ditekan sampai kaki menempel pada dada, Renjun setengah ditekuk mudahkan gerak Donghyuck.
Lubangnya melebar terima batang penis berurat yang Renjun rasa bertambah besar penuhi seluruh dinding sampai titik sensitif. Prostat yang terus ditumbuk, disentuh berulang kali bawa Renjun dekat dengan pelepasan.
“L-lagi hhhh yang cepet … “
Dirinya hanya bisa mendesah sebut nama Donghyuck dengan sang pria hentak kencang pinggul. Penisnya menampar perut yang seirama gerak keluar dan masuk. Precum basahi kulit perut, tanda Renjun sebentar lagi sampai pada pelepasan.
Entah Donghyuck yang masih bertenaga, tapi ia betul menikmati penisnya yang dilingkupi dinding anal sang kasih yang sesekali menjepit, mengetat jalur geraknya. Donghyuck menggila.
Ini, hal ini yang Donghyuck butuh dan inginkan setelah seminggu lelah bekerja.
Capai titik nikmat berdua.
Fokus beri nikmat pada prostat sang kasih sekaligus rangsang pada kepala penisnya yang dua-duanya sensitif. Gairah memuncak terlebih wajah sayu pula tatapan tak fokus Renjun lambungkan ego Donghyuck.
"Jadi tolol karena gue kontolin," decak Donghyuck. "Enak, 'kan? Dientotin begini? Hm? Tadi siapa yang gak mau? Tapi sekarang keenakan minta lagi?"
Donghyuck meledek pilihan Renjun yang sempat menolak. Renjun yang malu malah meraih bantal untuk ia tutupi wajahnya yang merah padam pula hindari tatapan pria di atasnya yang buat Renjun lemas.
Gejolak putih sudah di ujung tanduk, Renjun makin berisik dan tak bisa diam. Donghyuck yang paham di luar kepala segera beri rangsangan tambahan dengan mengulum puting yang mengacung tegak itu.
Bantal dilepas, Renjun berteriak, penis menyemburkan sperma.
Si cantik langsung sampai begitu saja dengan napas terengah.
Dan Donghyuck yang melihat bagaimana indah dan menggairahkan sang kekasih turut ikut sampai. Aliran panas menyembur penuhi lubang anal Renjun yang berkedut. Ketat menjepit batang penis Donghyuck yang perlahan melemas.
Tubuh Donghyuck ambruk di sebelah sang kasih yang melamun masih dalam pasca orgasme. Ia terkekeh, bawa tubuh itu ke dalam pelukan dengan hujani kecup.
<<button [[The End|Pilihan 7]]>><</button>>
</div>